Membaca Kenangan yang Terbakar

“Seperti menonton tayangan National Geographic, tapi lebih seru.”

Tepat di usianya yang ke-70, drh Liang Kaspe meluncurkan biografi perjalanan kariernya sebagai dokter hewan. Buku yang ditulis Iryani Syahrir itu juga mengisahkan pengabdian Liang di Kebun Binatang Surabaya (KBS) selama kurang lebih 30 tahun. Kenangan yang Terbakar resmi menjumpai para pembacanya di Hotel Midtown Surabaya pada Minggu, 24 November 2024.

Sebagai penulis muda, Iryani menguraikan kisah Liang secara detail. Kendati ada perbedaan usia dan era, Iryani mampu mengimbangi karakter Liang yang adalah seorang dokter hewan senior dan pensiunan pejabat KBS.

Dalam launching Kenangan yang Terbakar yang dimoderatori Didi Cahya, Padmedia menghadirkan Tatang Mahardika sebagai pengulas buku. Sebagai jurnalis, tentunya Tatang menyorot buku perdana Iryani itu dari sisi jurnaslitik. Tatang memberikan apresiasi yang tinggi pada buku tersebut.

“Saat saya mendengar pertama kali nama bu dokter, yang ada dalam bayangan saya adalah bukunya akan sangat ilmiah dan membahas hal-hal yang tidak familiar. Tetapi ketika membaca halaman pertama buku tersebut, saya rasanya seperti membaca feature jurnalistik yang berseri. Ditulis secara deskriptif, runtut, dengan bahasa yang mudah dipahami,” ujarnya.

Kenangan yang Terbakar tidak hanya mencatat kisah seorang perempuan hebat yang berprofesi sebagai dokter hewan, tapi mengejewantahkan secara lengkap sisi pribadi Liang. Hampir semua orang yang mengenal Liang akan mengatakan bahwa dia adalah sosok yang keras dan berpegang teguh pada pendiriannya. Sebagai salah seorang penggawa KBS, Liang dikenal kontroversial.

Yang juga menarik dari buku tersebut adalah proses penulisannya. Iryani yang usianya jauh lebih muda dari Liang begitu nyaman dan luwes menuliskan sang dokter hewan. Bagi Iryani, menuliskan kisah Liang bagaikan obat atas cita-citanya yang tidak kesampaian untuk menjadi dokter hewan.

Dengan rasa ingin tahu yang tinggi, Iryani tak pernah sungkan bertanya kepada Liang tentang hal-hal yang hendak dia tuliskan tanpa pandang waktu. Kapan dan dimana pun keinginan itu muncul, Iryani akan serta merta menghubungi Liang. Proses itulah yang melahirkan buku yang relatif tebal tapi padat. Iryani menuliskan segala hal yang dia ketahui tentang Liang dan sepak terjangnya secara detail dan tajam.

Draf Kenangan yang Terbakar lantas Iryani percayakan kepada Indria Pramuhapsari untuk proses penyuntingan. Dalam tahap itu, penataan alur dan penyetelan ritme tulisan dilakukan bersama.


Peluncuran buku yang diwarnai surprise ulang tahun untuk Liang tersebut dihadiri sejumlah undangan yang terdiri dari teman, keluarga terdekat, dan mantan mahasiswa Liang. Hadir pula perwakilan Komunitas Perlima (Perempuan Penulis Padma), perwakilan dari BKSDA Jawa Timur, perwakilan Fakultas Kedokteran Hewan Unair, perwakilan UPT Kebun Binatang Surabaya serta media cetak dan elektronik.

Menemani peluncuran buku yang disusul diskusi gayeng, Jani Purnawanty dari Perlima membacakan puisi untuk Liang dan Iryani. Puisi tersebut ditulis secara spontan pada Minggu pagi sebelum berangkat ke acara peluncuran buku. Itu bentuk support Jani untuk Iryani yang ternyata adalah mantan mahasiswanya di Unair. Hingga acara berakhir, hadirin enggan beranjak dari venue. Apalagi, lagu-lagu asyik yang dimainkan oleh Heru Dharma dkk juga terus menemani. Hari itu, Heru yang merupakan penulis cerita pewayangan benar-benar menghangatkan hati para undangan Kenangan yang Terbakar dengan ukulelenya. (*)

Untuk pemesanan buku Kenangan yang Terbakar bisa melalui link ini
Selamat menikmati buku terbaru dari Padmedia Publisher

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *