JUARA #3 – RESENSI FILM THE LUNCH DATE

The Lunch Date, Film Pendek Berdampak Panjang.

By Didi Cahya

Kisah yang dimulai dengan kekacauan biasanya berlanjut dengan kekacauan-kekacauan berikutnya. Pun film The Lunch Date, film pendek yang diproduksi pada 1989. Dimulai dari tabrakannya seorang perempuan tua yang diperankan oleh Scotty Bloch dengan seorang lelaki berkulit hitam yang menyebabkan barang-barang dari dalam tasnya jatuh berceceran, hingga keapesan beruntun lainnya yang lumayan membuat penonton ikut menahan nafas.

Termasuk adegan di kedai makan yang ada di dalam restoran, masih di stasiun itu, dimana perempuan berpenampilan elegan itu harus berbagi salad dengan seorang lelaki kulit hitam yang penampilannya seperti gelandangan. Makan siang yang seharusnya bisa dilakukan dengan nyaman sambil merenungkan keapesan-keapesan hari itu berubah menjadi layaknya kencan makan siang. Sepiring berdua. Inilah yang menjadi inti dari film pendek The Lunch Date arahan Adam Davidson yang semula ditujukan untuk tugas akhir kuliahnya.

The Lunch Date adalah film pendek yang berdurasi hanya 10 menit 23 detik, namun berdampak panjang bagi penontonnya. Bagaimana tidak? Dengan minim kata dan hanya mengandalkan ekspresi pemain utamanya, Scotty Bloch dan Clebert Ford, penonton digiring untuk merasakan emosi berkecamuk namun tertahan.

Perpaduan antara amarah Scotty saat barang-barangnya jatuh, kecewa saat ketinggalan kereta, lapar dan tak sanggup menahan diri hingga menyomot salad di piring lelaki tak dikenal, hingga tertawa terbahak-bahak saat dia akhirnya menyadari bahwa ternyata dia duduk di tempat yang salah dan saladnya masih utuh, turut mengaduk perasaan penonton yang sejak awal sudah jengah. Apes kok terus?

Sementara, Clebert Ford, pria kulit hitam yang ketiban apes karena harus berbagi makan siang dengan perempuan kulit putih tak dikenal juga berekspresi sangat kuat. Bagaimana dia menggebrak meja dengan tidak terlalu kuat tapi cukup membuat perempuan kulit putih di depannya terkejut dan takut, bagaimana ekspresinya melunak saat memberikan secangkir minuman di akhir “kencan” mereka sangat tak terduga. “Perang” ekspresi di antara dua aktor kawak ini didukung oleh pemilihan film hitam putih yang berkesan minimalis tapi memperkuat karakter para pemainnya.

Adam berhasil menerjemahkan prasangka yang umum di terjadi di antara warga kulit putiih dan kulit hitam dengan halus. Dia tidak menjadikan perselisihan sepele itu baku hantam, melainkan perang mental di antara dua lakonnya yang akhirnya membuat penonton seperti dibawa ke kenyataan bahwa hitam dan putih memang sudah seharusnya berdampingan seperti piano. Tidak ada yang perlu dipertentangkan dengan dalih strata sosial.

Terlepas dari efek kejut di akhir film ini, Adam Davidson memang mengajak penonton memperhatikan detil yang ada di film ini. Salah satunya adalah kemunculan Clebert di detik 32. Sang sutradara sudah “memperkenalkan” karakter ini sekelibat di awal film. Belum lagi detil tentang barang apa saja yang berhamburan saat perempuan itu bertabrakan dengan laki-laki lain di lobi stasiun.

Film ini murni untuk hiburan, bukan untuk dipikirkan, apalagi dipertentangkan hingga unsur fun menghilang. Biarlah kita menertawakan kekonyolan film ini tanpa perlu mengkritisi bagaimana bisa restoran yang semula kosong tiba-tiba ada lelaki yang duduk di situ dengan salad yang sudah siap makan. Juga tidak usah terlalu dipikirkan bagaimana bisa perempuan itu tidak sadar bahwa mejanya ada di belakang lak-laki itu. Biarkan saja film ini menjadi hiburan.

Tidak mudah, memang, membuat hiburan sekelas penghargaan Short Film Palm d’Or Cannes Film Festival pada 1990 dan Best Short Subject pada Oscar 1991. Total ada 6 penghargaan di festival-festival internasional untuk film ini. Tak heran jika pada 2013, Library of Congress memasukkan The Lunch Date ke dalam United States National Film Registry sebagai film yang menggambarkan Sejarah dan budaya Amerika.

Pun bagaimana film ini menjadikan Adam Davidson salah satu sutradara yang produktif dan diperhitungkan di dunia pertelevisian Amerika. Beberapa episode dari serial-serial televisi hits disutradarainya, seperti Grey’s Anatomy, Lie to Me, Zoey, hingga yang terakhir di 2023 adalah serial TV La Brea. Benar-benar film The Lunch Date adalah film pendek yang berdampak panjang bagi Amerika dan sutradaranya.