JUARA #2 – RESENSI FILM THE LUNCH DATE

Film: THE LUNCH DATE
Director : Adam Davidson
Durasi: 12 menit


Sepiring Salad yang Memalukan
Oleh : Rwilis


Seorang mahasiswa tingkat master, Adam Davidson mengerjakan proyek film pendek berdurasi 12 menit dan kemudian mendapat banyak penghargaan, pastilah sebuah tugas yang dikerjakan dengan matang. The Lunch Date, adalah film debut yang langsung diganjar Academy Award atau Oscar untuk Best Short Subject. Film dengan visual hitam putih, minim dialog dan Adam Davidson juga menulis sendiri skenarionya.


Mimik dan gesture tokoh Lady yang dimainkan dengan apik oleh Scotty Bloch, berhasil menyampaikan misi sang sutradara. Film ini berkisah tentang perempuan setengah baya yang ketinggalan kereta karena sebuah insiden. Drama terjadi saat dia makan di sebuah Cafe sambil menunggu keberangkatan kereta berikutnya.


Film berdurasi singkat namun penuh pesan dan sindiran pada ketakutan akan perbedaan ras, kelas dan status sosial. Adegan yang dimainkan Scotty Bloch, seorang perempuan kelas menengah yang memandang sangat stereotip dan penuh kecurigaan pada lawan mainnya yang berbeda warna kulit. Seakan ingin menyindir, sutradara justru mempertemukan pasangan ini dalam sebuah kencan siang hari yang tak terduga.


Selain pesan anti rasial, film ini juga ingin menunjukan bahwa di tengah kesibukan kota besar New York, masih ada orang yang bermurah hati. Paul Sarnoff membawakan misi itu sebagai pelayan Cafe yang memberi harga murah untuk sepiring salad bagi perempuan yang baru kehilangan dompetnya.


Setelah membuat penasaran dengan isu rasial yang dibungkus super halus, Adam Davidson masih memberi penonton plot twist yang menohok. Itulah keunggulan film pendek yang secara keseluruhan dibuat cukup rapi, meski ada iklan kekinian yang luput dan masuk frame. Adegan-adegannya juga simpel dengan 4 pemain dan dialog singkat, namun memberi kejutan tak terduga. Gara-gara sepiring salad yang memalukan, Amerika diingatkan akan sejarah rasial yang masih menjadi momok hingga kini.


Visual hitam putih, latar stasiun kereta paling sibuk di Amerika dan karakter para tokohnya, membawa penonton mudah menangkap pesan Film, bahwa perasaan dan perlakuan terhadap yang berbeda atau liyan masih terjadi bahkan di negara yang meng-klaim sebagai negara paling demokratis, bahkan yang paling menjunjung tinggi kemanusiaan.


Film itu memenangkan Oscar pada 1991, artinya 22 tahun lalu. Saat menontonnya sekarang pun, pesan gambar masih terasa kental. Kasus rasial masih terjadi. Ingat kejadian kematian George Floyd di tangan polisi pada tahun 2020 yang memicu munculnya kembali gelombang protes Black Lives Matter di Amerika dan di seluruh dunia. Film itu tetap update di segala jaman. Gerakan melawan diskriminasi pada masyarakat kulit hitam masih akan terus berlangsung selama dunia masih diliputi prasangka.


Selain diganjar Academy Award, tahun 1990, pada festival Film Cannes, The Lunch Date memperoleh Short Film Palm d’Or. Film itu juga terpilih sebagai Dramatic Achievement pada Student Academy Award. Sang sutradara menggarap film itu saat menempuh Master Degree di Columbia University School of Art.


Sederet penghargaan itu sudah cukup membuka jalan bagi karir sutradara Adam Davidson. Dia kemudian malang melintang menjadi Director di banyak drama televisi. Dia pernah menyutradai The Grey Anatomy, drama tentang petugas kesehatan di rumah sakit. Juga pernah mengarahkan Six Feet Under, episode All Alone. Drama tentang keluarga pemilik bisnis pemakaman. Juga beberapa episode The Walking Dead.

Omah Sedan, 10 Agustus 2023